MEMBANGUN PERSEPSI KETAHANAN KELUARGA

Oleh : Setiyati, S.Si (Ketua BPKK DPD PKS Kepulauan Meranti)

Bagi kader PKS istilah ketahanan keluarga sudah tidak asing lagi terutama keluarga yang dibentuk atas dasar kesamaan fikrah dan tujuan dakwah di awal menikah. Hanya memperdalam makna dan persepsi saja berikut akan dipaparkan kembali mengenai Ketahanan Keluarga Dakwah Kader PKS sesuai dengan referensi buku utama yakni Membumikan Keluarga Harapan.

Ketahanan Keluarga Itu Didahului dengan membangun interaksi dengan Allah Swt.

Seseorang yang ingin membangun kedekatan dengan manusia berupa ikatan pernikahan maka ia harus membangun hubungan yang harmonis dengan Allah Swt dengan ibadah yang dicintai Nya, amalan unggulan dan do’a-do’a mustajab diwaktu-waktu utama. Dirinya harus tidak ada masalah dengan Sang Khalik sehingga apa yang menjadi keinginannya adalah keinginan Allah Swt, firasatnya adalah kehendak Allah Swt juga. Sehingga tercapailah keinginannya yakni jodoh yang baik dalam pandangannya dan pandangan Allah Swt. Tentu konteks ini jauh dari proses yang diharamkan Allah Swt yakni pacaran baik pacaran Islami (nge take dulu ke murabby atau nembak mati calon) atau pacaran Yahudi (umumnya pacaran anak muda).

Ketahanan Keluarga itu Melaksanakan Pernikahan dengan hal yang dicintai Allah Swt dan RasulNya.

Apalah makna amal kita bila itu tidak diperhitungkan Allah Swt dan Nabi Saw, mengerjakan sesuatu yang tidak mendatangkan kemaslahatan tapi sebaliknya menyusahkan seorang yang ingin menjalankan sunnah Nabi Saw. Berikut adalah beberapa kalimat yang harus difahami ketika melaksanakan pesta pernikahan atau walimatul urusy bersumber dari beberapa riwayat. Sebaik-baik jamuan adalah yang di dalamnya ada orang miskin dan anak yatim, mahar yang paling baik adalah yang tidak memberatkan pihak suami, lakukanlah walimatul urusy meskipun hanya seekor kambing. Fenomena yang terjadi umumnya justeru tidak demikian meskipun ada beberapa kader dakwah yang menerapkan ketiga poin di atas. Kalau mau cari berkah setelah menikah lakukanlah ketiganya mudah-mudahan Allah Swt memberikan ganti berupa ketenangan dan cinta yang berkah.

Ketahanan Keluarga itu bukan tidak ada konflik setelah menikah.

Bukanlah dikatakan pasangan ideal bila dalam rumah tangganya adem ayem selalu klop dan tak ada masalah apapun dalam sehari-hari. Pasangan ideal adalah yang mempunyai pandangan berbeda, ketidaksamaan persepsi dan perbedaan prinsip, karena dengan semua itulah akan mengokohkan dan saling melengkapi kekurangan pasangan. Selaras itu berasal dari dua hal yang berbeda yang dipadukan umpama memakai sepatu harus ada kanan dan kiri, laki-laki dan perempuan itu makhluk yang berbeda sehingga mereka menjadi pasangan. Singkatnya konflik itu wajar, yang tidak wajar itu membiarkan konflik berkepanjangan dan konflik yang diperlihatkan kepada orang lain sehingga tidak saling menutupi kekurangan dan aib pasangan masing-masing.

Ketahanan Keluarga Itu bisa menempatkan peran masing-masing pasangan.

Suami dan istri secara syara’ sudah ada peran dan tanggung jawab masing-masing. Suami mencari nafkah ke luar rumah dan menjadi panglima bagi keluarga, sekaya apapun istrinya anak saudagar atau banyak hartanya tetap kewajiban suami tidak akan gugur. Sebaliknya istri menjadi guru dan direktur rumah tangga, mendidik anak dan berkhidmat pada suami. Mengatur baik dan buruknya suasana rumah, membuat nyaman anak-anak dan suami dengan rumah dan betah di dalamnya sehingga anak dan suami selalu rindu kepadanya, menyiapkan segala kebutuhan anak-anak dan suami dalam rangka berkhidmat, mengingatkan ibadah harian dan aktivitas amal bagi anak dan suaminya. Namun demikian konsep ta’awun tetap dihidupkan dalam keluarga, anak menolong orang tua, suami membantu pekerjaan rumah tangga istri, istri yang banyak harta memberikan kepada suami untuk kebutuhannya sebagai sedekah. Bila istri harus bekerja keluar rumah maka harus izin suami, bila suami tidak mengizinkan dihawatirkan sesuatu yang menurunkan izzah istrinya maka istri harus taat sebab suamilah yang faham dan mengenali siapa istrinya bila berada di luar.

Ketahanan Keluarga Itu yang bisa Saling Mengingatkan dalam ketaatan.

Sikap yang saling melengkapi juga terealisasi dalam ketaatan pasangan menjalankan ibadah. Suami istri tentu ada waktu-waktu iman dalam kondisi menurun, hendaknya masing-masing mengingat apa yang menjadi kriteria utama saat awal memilihnya menjadi pasangan tentu tidak lain karena keshalehan/shalehahnya. Sehingga anak-anakpun akan mengingatkan orang tuanya saat mereka lalai karena teladan itu telah dibangun mulai dari orang tuanya.

Ketahanan Keluarga Itu Bila pasangan suami istri melibatkan diri dalam aktivitas dakwah.

Bila bertemu karena kepentingan dakwah maka aktivitas keluarga yang dibina tujuannya juga dakwah, ucapan sehari-hari bersama anak dan sitri juga tentang cita-cita dan kemenangan dakwah , keluarganya menjadikan aktivitas dakwah adalah kebutuhan bersama keluarga. Maka keluarga yang dibangun atas dasar dakwah maka sebenarnya mereka telah membangun ketahanan keluarga lebih kokoh. Bagi suami bila istrinya mendapatkan amanah dakwah hendaknya mendukung dan berbangga sebab istri yang memahami peran utamanya di rumah tidak akan meninggalkan tugas mulianya itu, tidak akan meninggalkan rumah dengan kondisi berantakan, memastikan anak-anak dan suami sudah beres saat ditinggalkan. Apalagi istri juga demikian saat suami mendapat amanah dakwah maka istri harus siap ditinggalkan berhari-hari di rumah, menjaga kehormatan dan harta suami yang ditinggalkan.

Ketahanan Keluarga Itu selalu aktif dan berperan di lingkungannya.

Bila rumah adalah istana yang menjadi surga bagi penghuninya maka masyarakat adalah tembok bagi keberadaan keluarga tersebut. Suami, istri dan anak-anak harus bisa include kepada lingkungan tanpa harus merubah ciri yang sudah dibangun dalam keluarga tersebut. Hendaknya semua anggota keluarga dikenal oleh masyarakat, aktif dalam kegiatan dan menjadi orang pertama yang sensitiv terhadap kebutuhan masyarakat.

Demikianlah butir-butir ketahanan keluarga yang harus menjadi acuan utama dalam membangun baitul muslim fiidda’wah wa tarbiyyah. Semoga keluarga para aktivis dakwah menjadi kokoh dan utuh hingga akhir hayat. Wallahua’lam.

Baca Juga

Ramadhan Bulan Produktif

Pekanbaru – Bulan mulia kembali hadir ke tengah kita. Sebuah anugerah luar biasa bagi umat …