Indragiri Hilir — Memang tak dekat jarak yang harus ditempuh Ustadz H. Syahrul Aidi Maza’at Lc., M.A. untuk tiba kesebuah negeri di ujung selatan Provinsi Riau, yaitu Indragiri Hilir. Bertambah lagi dengan kondisi medan yang tak menentu, baik hujan, lumpur pun juga pasang naik dan turun.
Sebagai anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Komisi V bidang Pembangunan, Infrastruktur dan Perhubungan, Ustadz Syahrul pada 2021 tahun lalu telah membawakan 300 Milyar lebih dana APBN untuk pembangunan infrastruktur dan perhubungan di Inhil. Pada kesempatan kali ini, Ustadz Syahrul datang lagi mengunjungi negeri seribu parit. Apa gerangan jauh-jauh Ustadz dari Ibukota?
“Unik memang, tepat pada pukul 00.00 kami tiba di Inhil dari Bangkinang, dan melihat jam tangan saya, sebelum beristirahat untuk melaksanakan perjalanan hari ini.” terang Ustadz didalam Speedboat yang membawa kami ke Desa Simpang Gaung.
Pagi tersebut, Ustadz Syahrul didampingi oleh Yuslizar, Ketua DPD PKS Inhil, Ustadz Sumardi anggota DPRD Inhil serta rombongan.
Dalam perjalanan laut tersebut, Syahrul Aidi tampak memperhatikan fenomena dan budaya masyarakat Inhil, sambil sesekali bertanya kepada Ketua DPD Inhil, mengenai harga kelapa dan harga pinang. Gambaran masyarakat tepi laut dan kondisi harga perekonomian nampak menyulut kepedulian Ustadz Syahrul Aidi.
“Harga kelapa dan pinang agak membaik ustadz. Dan pinang yang digantung-gantung atau pinang klotok lebih mahal lagi,” jawab Yuslizar.
Dua jam lebih perjalanan hingga tiba di desa Simpang Gaung, Syahrul tampak disambut oleh Syamsul S.Si kepala desa Simpang Gaung beserta tim dan tokoh masyarakat.
Syamsul menyebut, “Simpang Gaung terdiri dari 9 Dusun, 17 RW dan 44 RT dengan operasional sekitar 900 juta. Saat ini simpang gaung memang membutuhkan perhatian, terutama infrastruktur. Baik jembatan yang menghubungkan 4 desa, maupun jalan darat yang dapat mengakses kota Tembilahan.” Jelas Syamsul.
Ustadz Syahrul, dalam penjelasannya menyampaikan bahwa peran beliau dalam upaya peningkatan pembangunan infrastruktur, serta perhubungan dan perumahan untuk Riau. Syahrul menyampaikan alasannya terenyuh dan tersentuh melihat kondisi Inhil.
“Saya memang bukan dari keluarga yang tidak mampu, ataupun keluarga kaya raya. Namun saya melihat kondisi Inhil, saya merasa tersentuh. Bagaimana infrastruktur disini, kesulitan akses atau ada keluarga yang sakit namun jauh dipelosok.”
“Saya memang berasal dari Kampar, tapi entah mengapa saya dengan Inhil merasakan peduli dan terenyuh. Saya belum terbiasa melihat fenomena luar biasa masyarakat di Inhil, dan hal ini saya sampaikan di paripurna DPR RI Senayan Jakarta, agar seluruh Indonesia tahu dengan Indragiri Hilir.” jelas Ustadz Syahrul.
Dalam kunjungan tersebut, Syahrul Aidi juga melihat kondisi abrasi perkuburan di Simpang Gaung yang menelan ratusan perkuburan bila longsor, dan acapkali terjadi. Selain itu melihat jembatan gantung yang sudah lebih dari 20 tahun, sejak 1990. Warga mengeluhkan ketidaklayakan dan resiko jembatan penghubung 4 desa tersebut. Syahrul juga menggelontorkan program bedah rumah untuk masyarakat setempat.
Dalam perjalanan kami, sutadz syahrul juga menyebut “Saya yakin kita bisa membangun Inhil ini dengan lebih baik. Tapi memang keroyokan. Bagaimana Bupati antar daerah, serta peran Gubernur. Ada wilayah terpencil, yang sebenarnya sudah dekat sekali dengan sarana Kabupaten lain, ini bisa dibangun dengan kebersamaan.” ucap Syahrul Lc, yang merupakan lulusan Mesir.
Ustadz Syahrul juga menegaskan, wakil rakyat seharusnya turun menyapa masyarakatnya tidak hanya menjelang pemilu, tapi saat rakyat membutuhkan.
Setelah dari Simpang Gaung, Ustadz Syahrul masih melanjutkan agendanya mengisi ceramah Isra Miraj di Masjid Parit 5 Tembilahan Hulu, kemudian dilanjutkan kajian subuh bersama pejuang Subuh Inhil. Nampak lillah dalam lelah ustadz Syahrul yang menyayangi Kabupaten Indragiri Hilir.