Menghilangkan Sifat Hiqdi (Dengki) Wal Hasad (Iri) Dengan Al – Qur’an

By. Setiyati tia

Bagaimana jika harta benda yang Anda sayangi dengan seketika lenyap dilahap api..?? Yang tinggal hanya abu dan asapnya saja. Tentu sangat sedih sekali.

Tapi yang hangus terbakar tak bersisa ini adalah amal kebaikan kita, adakah manusia beriman yang tak bersedih mengalami ini..?? Itulah yang dinamakan bahaya hiqdi (dengki) dan hasad (iri), kejahatan hati yang dapat merusak amal bagaikan kayu bakar yang dibakar oleh api hilang tak tersisa.

الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب

“Al-Hasad memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar”.

Perbuatan “hiqdi” dan “hasad” bermula dari amarah yang memuncak tak terkendali, lalu timbullah rasa iri dan dengki ini.

Rasulullah SAW bersabda:

الْمُؤْمِنُ لَيْسَ بِحُقُوْدٍ فَالْحِقْدُ ثَمْرَةُ الْغَضَبِ

“Orang yang beriman bukanlah pendengki, dengki merupakan buah dari marah”

Menurut Imam Ghazali, dalam kitab Ihya Ulumuddin orang seperti ini hatinya selalu diliputi sifat marah dan enggan untuk menghilangkannya. Hatinya setiap saat gelisah melihat orang yang didengkinya, siang malam terbayang bila mendengar kebaikan dan keberhasilan orang yang didengki itu maka bertambahlah kedengkiannya. Hasad yang ada dalam hatinya selalu tidak senang dengan kenikmatan orang lain dan ingin menghilangkan itu dari orang yang didengkinya..Naudzubillahi mindzalik..!!

Biasanya hal yang didengki seputar dunia yakni harta, jabatan dan syahwat yang lain. Sifat yang dominan pada orang pendengki ini adalah: marah, ujub (merendahkan orang lain), dan sombong (merasa lebih dari yang lain).

Bila dibiarkan dalam waktu yang lama hati akan menjadi keras dan sikap hasad ini menjadi karakter yang spontan saja dilakukan pada semua orang. Dalam dunia dia tidak akan punya teman dan kerabat, sebab bila dirinya berada di sisi orang lain yang berhasil atau yang mendapat kenikmatan maka ia akan selalu gelisah dan marah.

Bagaimana Al Quran bisa menjadi penghilang sifat Hiqdi wal Hasad..??

Bacalah dan tadaburilah terus menerus Al Qur’an itu semakin lama ia akan menjadi obat.

Menangislah ketika mendapati ayat tentang neraka dan adzab Allah, hari kiamat dan kematian. Bercita-citalah masuk surga ketika membaca ayat tentang indahnya surga dan kenikmatan yang kekal.

Untuk apa bersusah-susah di dunia, menginginkan sesuatu yang bukan milik kita bukan hak kita dan bukan jatah kita di dunia. Bukankah ada surga yang kekal didalamnya..??

Jika Al Qur’an benar-benar dibaca dan merasuk dalam hati maka tak ada lagi keinginan dunia, sebab ia telah memegang kuncinya yakni Allah Swt telah mencukupkan kebutuhan dunianya, telah mengangkat derajat dan kedudukannya dan telah diberi keberkahan dalam hidupnya.

Periksalah kadar Al Quran dalam diri kita, agar tidak dihinggapi dua penyakit berbahaya itu Alhiqdi wal Hasad. Jangan lihat orang lain, sesekali bukalah hatimu dari dalam dadamu lalu lihat dengan seksama adakah noda-noda kebencian kemarahan dan kedengkian pada saudaramu..??

Ada banyak orang pintar berpanggung dan berceramah tanpa Al Qur’an dan pemahaman yang baik tentang aplikasi Al Qur’an maka dalam sekejap bisa menjadi hasad.

Dalam dunia politik, sepertinya dibutuhkan orang yang pintar beretorika, bersiasat, jago memetakan alam politik lawan dan kawan, bahasa yang memukau dan “topeng-topeng” yang lain. Tapi semua itu hanya kamuflase belaka jika tanpa Al Qur’an sebab apa yang ia ucapkan dan ia lakukan bukan kalam Allah menjadi sandaran tapi sebatas kemampuan diri belaka. Bibit hiqdi dan hasad akan bermunculan melalui kemampuan dirinya itu. Lalu bagaimana pertolongan Allah akan datang..?

Demikian juga untuk para praktisi kepartaian. Bila sebuah partai ada punya kesempatan membangun bergaining politiknya dengan tokoh ataupun partai lain untuk menaikkan elektabikitasnya maka hendaknya ini disikapi dengan sportif. Jika ia mampu menjadikan partainya bisa demikian itu lebih bijak daripada tak mampu tapi menjadikan lisannya menyebarkan kalimat hasad agar masyarakat tidak memberi simpati pada partai yang didengkinya itu.

Yakinlah partai manapun dan siapapun tokohnya, bila telah menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai manhajnya, lalu kadernya menjadikan Al Qur’an sebagai karakter dan kalimah yang paling dekat dihatinya maka dengan izin Allah akan dijauhkan dari penyakit hati Al Hiqdi Wal hasad. Aamiin..

Wallahu’alam

Baca Juga

Ramadhan Bulan Produktif

Pekanbaru – Bulan mulia kembali hadir ke tengah kita. Sebuah anugerah luar biasa bagi umat …