Wanita Sebagai Pilar Negara

doa-wanitaOleh: Indria Rita, S.Pd

Dalam islam disebutkan bahwa “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah”

Wanita memang bahagian dari masyarakat, tapi seluruh masyarakat, terlahir dari sosok yang bernama wanita. Jadi wanita lah yang akan menentukan wajah dari sebuah peradaban dari suatu negeri. Klau hari ini kita menilai betapa rusaknya moral anak bangsa, maka para ibu perlu mengefaluasi diri terhadap peran yg dilakukan selama ini.

Merunut pada sejarah wanita sejak jaman pra-islam hingga sekarang, Wanita sudah sepatutnya bersyukur dengan keadaan yang seperti ini. Pada jaman jahiliyah, keberadaan wanita sangat tidak diharapkan. Bahkan tertulis dalam Alqur’an (QS. An-Nahl : 58 ) yang artinya “Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah”. Begitu rendahnya derajat wanita saat itu. Hingga dikisahkan bahwa jaman dahulu saat istri mereka hendak melahirkan, dibuatlah lubang untuk tempat bersalin. Jika dilihat bayinya laki-laki maka diambillah bayi itu, sementara jika didapatinya bayi perempuan maka dipotonglah tali pusarnya dan dikubur hidup-hidup. Naudzubillah min dzalik..

Keadaan berubah setelah Nabi Muhammad saw datang dengan membawa ajaran agama islam. Beliau pernah bersabda dalam sebuah hadistnya, “barang siapa mempunyai tiga orang anak perempuan yang dijaga dan dibesarkan dengan baik, maka anak-anak tersebut akan menjadi penghalang orang tuanya dari api neraka”. Sejak keluarnya hadist tersebut, kebiasaan membunuh anak perempuan sudah tidak ada lagi. Justru mereka merasa sangat bahagia saat mendengar kabar istrinya melahirkan anak perempuan. Islam begitu indah dalam mengatur peradaban masyarakat saat itu. Hingga saat sekarang ini, keberadaan wanita sangat dihargai.

Wanita adalah “tiang”

Dalam sebuah hadist Rosulullah saw menyatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya”. Jujur saat mendengar kalimat itu, batin ini seakan menjerit menyadari bahwa tugas kita sebagai wanita ternyata juga tidak ringan. Negara menjadi taruhannya. Sebab dari para wanita inilah akan lahir para pemimpin dan penerus bangsa di masa yang akan datang. Nasib bangsa ini tidak semata bergantung pada seperti apa pemimpin/penguasa negaranya, tetapi lebih pada bagaimana keadaan kaum wanitanya.

Tahukah Sahabat, mengapa Nabi mengumpamakan wanita sebagai sebuah “tiang”? bukan pintu, atap atau jendela? Sebuah bangunan bisa berdiri kuat karena ada pondasi utamanya yaitu berupa tiang. Jika tiangnya rapuh, maka bangunan tersebut juga akan mudah ambruk. Nabi memberikan perumpamaan wanita sebagai tiang, karena wanita lah yang akan menjadi penopang kehidupan. Jangan dianggap kegiatan wanita hanya sebatas mengurusi rumah tangga saja. Sadarilah, keberlangsungan negara ini pun berawal dari sebuah “Rumah Tangga”. Saya sangat mengapresiasi mereka (kaum lelaki) yang dapat memahami betul hakikat seorang wanita. Mereka tak akan menganggap apa yang dilakukan seorang istri (wanita) di dalam rumah hanya sebatas “aktivitas” yang tak menghasilkan uang. Pengabdian seorang istri tak bisa digantikan dengan uang! Berapa pun besar nilai uang tersebut.

Berawal dari kehidupan sebuah keluarga, wanita berperan sebagai sandaran bagi keluarganya. Maka itu wanita harus mempunyai hati yang kuat yang  tidak mudah rapuh diterjang problematika rumah tangga. Layaknya sebuah bangunan, terkadang tiangnya tak terlalu tampak dari luar namun ia tetap ada untuk menopang bangunan tersebut. Begitu juga seorang wanita, tak perlu ia memperlihatkan kekuatannya pada orang lain. Ia berada di belakang sebagai sumber kekuatan. Sebagai sebuah tiang, yang paling penting adalah kekuatannya. Wanita tidak harus menyibukkan dirinya dengan memoles tampilan luarnya, tetapi harusnya ia lebih memperhatikan ke dalam hatinya. Sudah seberapa kuatkah ia untuk menopang? Maka dari itu, wanita dituntut untuk pintar dan cerdas. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist, “Menuntut ilmu itu wajib bagi kaum muslimin dan muslimah”. Wanita juga harus terus belajar dan memperbaiki kualitas dirinya sehingga ia bisa mendidik putra putrinya nanti dengan benar. Mencari ilmu agar kita mengerti bagaimana harusnya kita berjalan di atas bumi Allah sebagai hamba-Nya. Sehingga nantinya akan lahir dari dalam rahim kita putra putri yang mampu membangun bangsanya tanpa melupakan hakikatnya sebagai seorang hamba.

“Berjuanglah sesuai kemampuan dalam bidangmu masing-masing. Dengan terus berusaha memperbaiki kualitas diri, sejatinya kita (wanita) juga sedang berjuang untuk membangun bangsa ini”

Baca Juga

Sedap, Lomba Masak Nasi Goreng Merah Putih Antar BPKK DPC PKS se – Kota Pekanbaru

Pekanbaru — Dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke – 77 tahun, BPKK DPD …