الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ مِنَ الْمُؤْمِن الضَّعِيْفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
إِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللّٰهِ وَلَا تَعْجَزْ (رواه مسلم عن أبى هريرة)
Mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, sedangkan pada masing-masing itu ada kebaikannya.
Bersemangatlah kamu dalam mencapai sesuatu yang bermanfa’at bagimu.
Mohonlah pertolongan Kepada Allah dan janganlah kamu semua merasa tidak berdaya.
Hadits ini juga mengandung beberapa perkara besar dan kata-kata yang memiliki arti luas.
Di antaranya yaitu menetapkan adanya sifat mahabbah bagi Allâh Azza wa Jalla .
Sifat ini terkait dengan orang-orang yang dicintai-Nya dan yang mencintai-Nya.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa mahabbah Allâh tergantung keinginan dan kehendak-Nya.
Kecintaan Allâh kepada makhluk-Nya berbeda-beda, seperti kecintaan-Nya kepada Mukmin yang kuat lebih besar dari kecintaan-Nya kepada Mukmin yang lemah.
Hadits ini juga mencakup aqidah qalbiyyah (keyakinan hati), perkataan, dan perbuatan sebagaimana madzhab ahlus sunnah wal jamaah.
Karena iman itu terdiri dari tujuh puluh cabang lebih, yang paling tinggi adalah kalimat LÂ ILÂHA ILLALLÂH, dan yang paling rendah yaitu menyingkirkan suatu yang mengganggu dari jalan. Dan malu itu merupakan cabang dari iman.
Jadi hadits ini merupakan qoidah agung dalam kehidupan mukmin .
Dan hadits ini mengandung pelajaran dan syarat kekuatan bagi mukmin masa sekarang, yaitu ;
1- Mukmin kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah
2- Yang dimaksud kuat yaitu kuat iman, ekonomi, semangat, fisik, dan kuat akan ilmu
3- Setiap mukmin seharusnya punya semangat yang kuat atau tinggi dalam mencapai cita-cita dan angannya yang mulia
4- Untuk mencapai cita-cita, diperlukan usaha juga semangat yang tinggi, selain itu dibarengi pula dengan berdo’a dan meminta pertolongan kepada Allah Swt.