BANGKINANG KOTA – Ketua DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kampar, Tamarudin S Pd I menjadi inspektur upacara peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT-RI) ke-72 yang digelar dihalaman markaz dakwah DPD PKS Kampar, Jl. Jend Sudirman, Bangkinang Kota, Kamis (17/8/2017).
Dalam amanatnya, ada empat hal yang disampaikannya kepada pengurus dan kader- kader PKS dalam momentum memperingati HUT RI ke-72 ini.
“Setidaknya ada empat hal yang harus kita perhatikan dalam rangka memperingati HUT RI ke 72 tahun ini,” ungkapnya memulai pidatonya.
Hal pertama yang harus difahami adalah bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan dengan keringat dan darah para pendahulu kita ini adalah nikmat yang luar biasa yang harus disyukuri.
“Para ulama bahkan ada yang mengatakan, bahwa nikmat kemerdekaan ini setingkat dibawah nikmat keimanan, karena itu mari kita syukuri,” ungkapnya.
Yang kedua, pria yang akrab disapa Ongah Tamar ini mengajak agar momentum kemerdekaan ini dijadikan sebagai pemantik semangat untuk mempelajari, mendalami dan membaca kembali sejarah para pejuang dan pahlawan bangsa. Baim pahlawan nasional maupun pahlawan lokal di Kabupaten Kampar.
” Mereka para pahlawan dan pejuang kemerdekaan kita yang telah terbukti perjuangannya untuk bangsa dan negeri ini. Jangan lupakan sejarah. Jangan lupakan cita- cita para pejuang dan pahlawan bangsa yang ingin negeri ini makmur sejahtera,” sambungnya.
Yang ketiga, pria berkacamata ini juga mengajak khususnya kader- kader PKS untuk terlibat aktif membangun bangsa.
” Membangun bangsa ini dengan dua cara, pertama bangun jiwa dengan menguatkan pondasi agama. Kedua, bangun fisik dengan mendalami dan menguasai teknologi,” paparnya.
Yang keempat, Tamarudin mengajam kader PKS untuk menjaga Indonesia. Menurutnya, Indonesia berpotensi menjadi negara adidaya karena memilki penduduk yang besar, wilayah yang luas dan potensi midle class yang besar.
” Buka wawasan kita, mari bersama- sama kita bangun bangsa ini. Pelajari dan fahami empat pikar kebangsaan kita serta mari pupuk dan tumbuhkan jiwa patritisme,” pungkasnya. (dr)