Riau memiliki catatan sejarah kiprah perempuan yang memajukan dunia pendidikan orang-orang Melayu di provinsi ini. Walaupun masih kalah dengan sosok RA. Kartini, tetapi bagi orang Riau sendiri, catatan perjuangan sosok perempuan asal Langkat bernama Tengku Agung Sultanah Latifah yang juga merupakan istri dari Sultan Syarif Qasim II menjadi kisah keteladanan yang wajib dipublikasikan terus menerus bagi generasi muda. Inspirasi besar seorang perempuan di awal abad ke-19 yang begitu peduli dengan dunia pendidikan perempuan hingga menginisiasi sekolah perempuan di daerah Siak pada saat itu.
Mengenal Sosok Tengku Agung Sultanah Latifah
Tengku Agung Sultanah Latifah merupakan istri pertama dari Sultan Syarif Qasim II Kerajaan Siak. Ia lahir di Kota Tanjung Pura yang saat itu menjadi daerah Kerajaan Langkat di Sumatra Utara. Keturunan dari ayahnyanya merupakan keturuan Siak, sedangkan keturunan ibu merupakan kemenakan dari Sultan Langkat. Latifah dikenal sebagai sosok perempuan yang cantik dan lembut. Hal tersebut tergambar dari sisa—sisa foto peninggalan di Kerajaan Siak. Pada saat RA. Kartini mendirikan Kartini School pada tahun 1913, di tahun yang tak berselang lama, Latifah juga mendirikan Latifah School yang memusatkan perhatian untuk pendidikan kaum perempuan.
Kerajaan Siak Sri Indrapura sendiri telah dikenal sebagai kerajaan yang memajukan pendidikan. Sang Sultan sebelumnya mendirikan sekolah bernama Madrasah Taufiqiyyah al Hasyimiyyah tingkat dasar (MI&MTs) dan selanjutnya bersama istrinya Latifah, ia mendorong pembangunan sekolah perempuan yang dikelola oleh Latifah.
Dalam sebuah artikel Anju Nofaroh (2020) yang meneliti tentang kiprah Latifah disebutkan, Sultan Syarif Qasim II tidak membenarkan peserta didik yang suka tidak masuk sekolah dan memilih menoreh batang getah karet untuk mendapatkan uang. Kegiatan mengunjungi sekolah seraya bertanya jawab dengan peserta didik dan majelis guru merupakan aktivitas yang disukai sultan dan Tengku Agung, serta membolehkan istananya dikunjungi oleh peserta didik. Adanya sampan landschap yang diberikan oleh sultan bertujuan sebagai transportasi penyeberangan terutama bagi peserta didik yang tinggal di seberang Sungai Siak. Bagi peserta didik yang berasal dari luar atau tidak tinggal di rumah saudara di Siak Sri Indrapura, sultan dan permaisuri menyediakan asrama (internaat) dan beasiswa (steun) kepada peserta didik yang bermimpi untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di luar Siak.
Meneladani Kiprah
Tengku Agung Sultanah Latifah memiliki beberapa jasa yang penting dalam sejarah Riau dan perjuangan kemerdekaan Indonesia di antaranya adalah mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai permaisuri dari Sultan Syarif Kasim II, Sultanah Latifah memainkan peran penting dalam mendukung keputusan Sultan untuk menyerahkan Kesultanan Siak Sri Indrapura kepada Republik Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Ini adalah langkah besar, karena Kesultanan Siak merupakan salah satu kerajaan terkuat di Sumatera pada saat itu. Sultanah Latifah mendukung penuh keputusan ini, yang menunjukkan komitmen mereka terhadap persatuan Indonesia.
Selanjutnya kiprah terbaiknya adalah mendorong pendidikan dan pemberdayaan wanita. Tengku Agung Sultanah Latifah sangat peduli terhadap pendidikan, khususnya bagi wanita. Pada zamannya, akses pendidikan bagi wanita sangat terbatas, namun ia mendorong pentingnya pendidikan bagi kaum wanita di Kesultanan Siak. Hal ini menunjukkan pandangannya yang progresif tentang pentingnya peran wanita dalam masyarakat.
Ketiga, mempertahankan budaya Melayu. Sultanah Latifah juga berperan aktif dalam mempertahankan dan melestarikan budaya Melayu di Riau, khususnya dalam lingkup Kesultanan Siak. Ia mendukung seni dan budaya tradisional, termasuk sastra, adat-istiadat, dan musik Melayu. Keberhasilannya dalam menjaga warisan budaya ini menjadi salah satu kontribusi pentingnya terhadap identitas Melayu di Sumatera.
Adanya pengaruhnya yang besar dalam mendukung kemerdekaan, pendidikan, dan budaya Melayu, menjadikan Tengku Agung Sultanah Latifah dianggap sebagai salah satu sosok wanita yang berjasa besar bagi Riau, khususnya di Kesultanan Siak. Adakah perempuan Riau saat ini bisa meneladaninya? Sebuah inspirasi di Hari Pahlawan 28 Oktober 2024 ini, perempuan Riau siap berkontribusi untuk Indonesia yang lebih baik.
(Catatan Sugiarti, Deputi Kajian Perempuan Anak dan Keluarga, Rumah Keluarga Indonesia Provinsi Riau).