Jadilah Guru yang “Tidak Meminta Balasan”

Menjadi guru adalah impian banyak orang, karena sifat pekerjaan sebagai guru itu umumnya fitrah manusia yakni membimbing, mengayomi dan mengajarkan hal yang tidak tahu.

Tanpa sadar semua kita ternyata menjadi guru kehidupan, baik secara formal yang ada di lembaga pendidikan maupun non formal.

Jika sifat guru itu fitrah maka mengajarkan ilmu adalah kebutuhan bukan sekedar memenuhi jam pelajaran, memberikan keteladanan adalah melapangkan hati bukan keterpaksaan mengikuti aturan adab di sekolah, membimbing anak didik adalah kesenangan diri bukan karena tuntutan profesi.

Guru juga profesinya para ulama shalafushshaleh, mereka harus didatangi bukan di panggil lalu “dihargai” dengan rupiah. Tahukah kita kuncinya mengapa para pendahulu kita baik orangtua ataupun para guru ilmunya terasa berkah dan bertambah terus kebaikannya..? Karena mereka memuliakan guru-guru mereka. Mulai dari cara menyapa, bersalaman, berdiri dan duduk bersama, memandang guru semua mereka jaga dan ada adabnya.

Ingat sekali dulu kami waktu sekolah MTs, waktu gurunya keluar kelas sebentar kami tidak ada yang berani menggeser tanda baca pada bukunya, atau menggeser penanya. Lalu betapa gembiranya hati kita bila dimintai tolong oleh guru kita sekalipun itu susah.

Jangan pula profesi para ulama ini dinodai hanya karena ingin dimuliakan lalu niat dan harapannya macam-macam. Ingin diberi hadiahlah, ingin diberi kado hari miladnyalah atau yang sifatnya menjual jasa mengajarnya. Sebab, guru dihargai karena keikhlasannya dan keteladanannya, karena tawadhu’nya memberikan rasa nyaman kepada anak didiknya.

Selamat Hari Guru

Setiyati

#rumahquran
#bahagiabersamaquran

Baca Juga

Corona dan Sabda Rasulullah: Kalian Lebih Mengetahui Urusan Dunia Kalian

Rasulullah pernah mendapat aduan dari para sahabat. Bukan masalah biasa, ini soal sabda beliau yang …