Sosok guru di mata kebanyakan orang adalah pekerjaan yang mulia. Rata-rata semua anak ditanya kalau besar mau jadi apa..?? Guru adalah menjadi jawaban terbanyak. Begitu juga pada orang dewasa banyak yang ingin menjadi guru. Meskipun demikian dari kecil aku tidak pernah punya cita-cita menjadi guru.
Sewaktu di Sekolah Dasar (di kampungku tahun 1988 belum ada TK, jadi lagsung SD) aku suka dengan guru yang baik, yaa..guru yang baik itu menurutku seperti pada umumnya anak-anak. Tidak pernah memarahi murid, suka tersenyum dan satu lagi suka meminta bantuan kepada muridnya. Aku adalah salah satu murid yang suka disuruh guru. Misalnya hanya mengambilkan kapur tulis atau menghapus papan tulis aku sangat senang. Tapi tidak kalau disuruh maju mengerjakan soal matematika, wwaaahh.. bagiku terasa disambar petir kepala ini saat namaku dipanggil ke depan..šš.
Oh ya.. jaman kami sekolah masih pakai kapur tulis, jadi kalau menghukum siswa pun tidak kesulitan, hanya dengan memoleskan kapur ke wajah sudah cukup malu rasanya di hadapan teman-teman.
Entah apa perasaanku waktu itu, merasa aku berguna dan bisa membahagiakan guruku. Ibu Upik namanya aku sangat ingat wajah guruku waktu kelas 3 SD dia suka senyum dan menyuruhku mencuci gelas untuk minum para guru.
Teruss.. untuk diketahui satu lagi murid itu sangat senang bila gurunya menyebut namanya dan mengenalnya saat bertemu di luar sekolah. Guru yang tidak gengsi dan ingin dihormati berlebihan.
Jangan memanjakan guru dengan sering memberinya hadiah tapi ia miskin dengan teladan. Jangan pula mudah perhatian pada murid tapi adabnya saja sudah kritis. Guru bila ingin dimuliakan maka muliakan adab dan keteladanan yang diutamakan dengan ikhlas. Begitu juga murid jangan selalu ingin mengambil hati guru tapi tidak memperhatikan bagaimana adabnya bicara, bersalaman, berjalan dan duduk bersama guru.
Saya pernah menjadi guru di sakah satu sekolah menengah swasta di Kota Bertuah, begitu ingin saya menangis saat saya menerangkan pelajaran. Bukan lagi kelas untuk belajar tapi layaknya “kandang a*am” melompat ke sana dan kemari dengan ucapan nama-nama hewan. Dulu waktu MTs jangankan melompat kami ngobrol berisik saja tidak berani. Semoga anak-anak sekolah hari ini sudah berbenah dari prilaku demikian.
Saat guru kami keluar kelas sebentar, tidak ada satupun yang berani menggeser pena atau tanda baca pak guru kami, ada perasaan segan dan takut bila prilaku kami tidak berkenan dan salah. Atau bila kami sedang dinasehati suasana kelas hening tidak ada yang berani nyeletuk atau mentertawakan.
Murid sekarang bagaimana ..?? Diberikan teguran saja keesokan harinya guru sudah berubah gelarnya, yaitu almarhum. Ada pula prilaku amoral guru membuat murid menjadi kebal hukuman karena dalih guru yang mencontohkan.
Naudzubillah tsumma naudzubillah..
Semua bagai siklus yang susah dari mana harus diputuskan.
Yukk.. waktunya kembali sifat guru sebagai prilaku yang fitrah. Tentu dengan mendidik dan dididik, belajar dan mengajarkan. Guru itu juga wajib belajar dan menuntut ilmu dan adab bukan cuma terus-terusan mengajar yang akhirnya nanti kering dan gersang.
Selamat Hari Guru.
Setiyati
*chatme 082288485857 utk para guru yang ingin mengkaji adab dan ilmu agama. Area Selatpanjang.