Pekanbaru – Dalam rangkaian agenda Sosialisasi Empat Pilar yang di taja Mathlaul Anwar Propinsi Riau pada hari sabtu (21/10) di Hotel Aryaduta terdapat sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh beberapa peserta kegiatan, terutama pertanyaan yang bersinggungan dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. hadir sebagai pemateri dua orang tokoh nasional yakni Dr. H. M. Hidayat Nurwahid dan Mardani Ali Sera, keduanya juga dikenal sebagai ulama.
Sofyan, salah satu peserta kegiatan menanyakan bagaimana sesunguhnya sejarah bangsa indonesia ditulis, karena dirasa banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan fakta sejarah, terutama pelajaran-pelajaran di sekolah dan apakah fakta sejarah ini bisa ditulis kembali oleh tokoh-tokoh atau pakar umat islam ?
Menanggapi pertanyaan tersebut Hidayat Nurwahid Mengawali jawabannya dengan tragedi genosida masif dan terstuktur yang terjadi di Myanmar atas Muslim Rohingnya, termasuk melalui kamuflase sejarah.
“Seharusnya Myanmar bisa belajar dari Indonesia yang luas dan beragam suku bangsa, namun tetap bisa bersatu dalam bingkai Behineka Tunggal Ika”, Pugkasnya.
Hidayat melanjutkan tentang bagaimana sejarah bangsa indonesia ini ditulis, ia menjelaskan bahwa penulisan perbaikan sejarah secara akademik sudah berlangsung sejak tahun 1963 dimulai dari penulisan empat jilid sejarah Indonesia oleh tokoh-tokoh NU, Mathla’ul Anwar, Muhammadiyah, Masyumi, sejarah umat islam oleh MUI, ada pula buku yang bisa menjadi rujukan yakni dua jilid Api Sejarah.
“Memang, ada pihak-pihak yang berusaha untuk menghapuskan beberapa bagian dari sejarah terutama yang mengenai perjuangan umat islam, karena tidak memahami rasio antara NKRI dan umat islam, seolah-olah umat islam adalah penduduk asing, padahal yang sesungguhnya tidak seperti itu,” ungkap wakil ketua MPR RI ini.
Dalam akhir sesi diskusi hidayat mengingatkan kepada peserta agar tidak lupa akan sejarah bangsa indonesia, karena jika sejarah tidak tertanam dengan kuat maka bangsa ini akan sangat mudah untuk disingkirakan.