Mengembalikan Kejayaan Sungai Riau

H. Sofyan Siroj Abdul Wahab, LC, MM. Anggota DPRD Provinsi Riau

Banjir dan longsor melanda hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama memasuki penghujung tahun. Seakan sudah menjadi siklus tahunan. Riau pun tak luput. Awal November 2021 banjir melanda tiga daerah yakni Indragiri Hulu, Pekanbaru dan Dumai. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau pun telah ambil ancang-ancang sebagai bentuk alarm mengantisipasi segala kemungkinan, meski setakad ini belum tetapkan status siaga. Sekedar informasi, berdasarkan analisis kementerian dan lembaga terkait, beberapa wilayah berada dalam potensi bencana banjir kategori sedang hingga tinggi. Adapun untuk sumatera, Riau termasuk salah satu wilayah berpotensi tinggi selain Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Sumatra Barat, Jambi, dan Bengkulu. Sementara potensi bahaya tanah longsor teridentifikasi di 33 provinsi dengan populasi terpapar mencapai 14 juta jiwa. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut bahwa ada 100,81 juta jiwa terancam bahaya banjir. Jumlah yang mencengangkan. Hampir mendekati separuh populasi penduduk negeri ini!

Bencana hadir membawa banyak pesan. Dari sudut pandang agama menuntut kesadaran kita atas dosa dan kesalahan termasuk terhadap lingkungan. Realita menguatkan refleksi barusan. Kementerian terkait berikut Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) menyebut 80 persen bencana menimpa Indonesia berupa hedrometereologi. Artinya bencana yang diakibatkan parameter cuaca seperti banjir dan tanah longsor. Tiap tahun intensitas dan kuantitas terus meningkat. Para ahli, akademisi hingga pengambil kebijakan sepakat bahwa bencana terjadi dipicu oleh kerusakan lingkungan terutama kerusakan pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Banyak DAS di Indonesia dalam fase mengkhawatirkan dan kritis. Sejalan dengan makin meningkatnya bencana, jumlah kerusakan DAS tiap tahun juga meningkat. Berdasarkan data dari Kementerian LHK 2018 dari total 17 ribu DAS di Indonesia sebanyak 2.145 diantaranya harus dipulihkan, dan 108 DAS dalam posisi kritis termasuk di dalamnya Sungai Siak.

Kerusakan DAS di Riau semakin masif. Selain ancaman kerugian materi bahkan nyawa warga, kondisi kerusakan sungai di Riau juga berdampak serius terhadap infrastruktur jalan. Abrasi sungai bikin badan jalan terkikis aliran sungai. Kondisi terjadi hampir di semua jalan di pinggiran sungai bahkan beberapa jalan hampir putus. Berangkat dari kondisi tadi, langkah Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar melaporkan kondisi empat sungai besar dalam kunjungan ke Kementerian PUPR pada tahun lalu sangat tepat. Mengingat penanganan sungai besar di Riau urusan dan kewenangan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian PUPR. Namun disamping kewenangan, Pemprov Riau juga mesti punya agenda dan strategi membenahi kondisi kerusakan DAS di daerah secara bertahap. Karena upaya butuh sinergi lintas sektor, berikut pengaturan tata ruang dan pengendaliannya. Terlebih disamping empat sungai besar seperti Sungai Indragiri, Rokan, Kampar dan Siak, juga ada sungai-sungai kecil perlu diperhatikan.

Anugerah

Keberadaan empat sungai besar di Riau harusnya anugerah. Tak semua daerah punya lebih dari satu. Misal Jawa Tengah Sungai Bengawan Solo dan Sumatera Selatan Sungai Musi. Bila pandai mengelola, efeknya positif bagi kehidupan. Untuk transportasi, ekonomi, serta aspek kehidupan lainnya. Sebaliknya, jika abai dan lalai berbuah bencana. Inilah dialami sekarang. Negara maju semisal Cina, pertanian modern ditopang sungai alami dimana 82 persen air berguna bagi pertanian. Sungai Thames di London juga masih berfungsi sebagai jalur distribusi barang, yang diklaim hemat sekitar 350.000 km jalan pertahun. Jangan lupa, sungai juga sumber energi terbarukan. Riau di masa jayanya juga merasakan berkah sungai. Peninggalannya masih tersisa. Pergudangan lama pelabuhan Pelindo di Pasar Bawah Pekanbaru saksi bisu kejayaan perdagangan Sumatera Timur/Pekanbaru dan Singapura. Pelabuhan dibangun Belanda tahun 1920-an disinggahi kapal-kapal KPM (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) salah satu perusahaan pelayaran terkemuka. Dermaga dulu pintu gerbang perekonomian masyarakat dan pusat perniagaan. Sayang rasanya masa jaya tinggal kenangan. Padahal kehadiran sungai di Riau sumber keberkahan luar biasa dan dapat dimanfaatkan guna memajukan daerah. Paling sederhana untuk wisata. Contoh Pekanbaru terdapat sungai membelah kota, sangat menarik jika dijadikan water front city.

Kunci utamanya bagaimana perencanaan pembangunan dan tata ruang disusun berbasis DAS. Karena untuk mengatasi problematika DAS, pengelolaan harus terintegrasi dari hulu ke hilir. Jika pengelolaan di hulu tak baik maka berakhir buruk ke hilirnya, begitupula sebaliknya.  Perlu diapresiasi gerak cepat Pemprov Riau menyelamatkan sungai di Riau seperti baru-baru ini Sungai Bangko Kabupaten Rohil yang mengalami penurunan kualitas, bersama Balai Wilayah Sungai dan perusahaan sekitar sungai. Pendekatan sinergitas faktor penentu pengelolaan DAS. Karena tidak semata berupa infrastruktur, tapi harus berbasis kepedulian bersama. Termasuk memberdayakan masyarakat agar berpartisipasi aktif. Mengingat peran sungai masih vital bagi kehidupan penduduk, maka perlu mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat sebagai paradigma untuk mencapai pembangunan DAS berkelanjutan. Jadi pembangunan, ekonomi dan perlindungan lingkungan perlu diselaraskan. Karena aktivitas manusia dengan lingkungan punya efek timbal balik dan saling mempengaruhi.

Pemulihan DAS juga butuh pendekatan komprehensif. Penggunaan lahan tak sesuai daya dukung lahan turut menyebabkan rusaknya DAS. Oleh karena itu, Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (RLKT) cara untuk memperbaiki kondisi lahan yang rusak dan meningkatkan daya guna lahan sesuai peruntukan. Kegiatan RLKT di wilayah DAS perlu memberdayakan komunitas masyarakat secara aktif. Bahkan kegiatan tersebut bisa diintegrasikan menjadi sumber pendapatan petani dan ekonomi masyarakat yang ujungnya merangsang tumbuhnya kegiatan lain yang bernilai. Bentuk pengembangan ekonomi kerakyatan di wilayah DAS yang dinilai paling potensial seperti sektor pertanian yang konsisten menyumbang pertumbuhan ekonomi bagi Riau. Terutama pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang terencana dengan baik dan saling berkaitan dengan pembangunan sektor ekonomi lainnya. Melalui pendekatan komprehensif dan terintegrasi, perlahan masyarakat akan sadar bahwa manfaat berkesinambungan dari sungai berbanding lurus dengan perlakuan dan kesadaran kita menjaga kelestarian lingkungan. Semakin banyak perhatian tercurah, semakin banyak pula keuntungan bakal didapatkan.

SOFYAN SIROJ ABDUL WAHAB, LC, MM. ANGGOTA DPRD PROVINSI RIAU

 

 

Baca Juga

PEKANBARU DAN MINDSET IBUKOTA

Bulan lalu, 23 Juni, Kota Pekanbaru mengenang hari jadi yang ke-240. Di usia tadi asa, …