Ayah, Ajarkanlah Anakmu Mengenal Rabb-NYA

By: Setiyati (Dirut Rumah Curhat Ibu dan Keluarga Kepulauan Meranti)

Mengenalkan siapa Pencipta tidaklah susah kepada anak, bila dimulai sejak mereka kecil. Mari tanyakan pada para ayah, berapa kali dalam sepekan ayah menanyakan pada anak pertanyaan ini:

“Ananda sudah kenyang ya makannya, siapa yang kasi kita rezeki..??”

Bantulah ananda dengan menjawab.
“Allah..” ayah sambil mengacungkan telunjuk bertanda satu.

Berarti, ayah telah mengenalkan sifat Allah Ar Razzaq, dan tauhidullah “Allahu raziqan” Allah Yang Maha Pemberi Rezeki. Atau pertanyaan ini..:

“Ayah bersukur adik pulang main dengan selamat, siapa yang menjaga kita kalau kita bermain..??”

Bantu lagi ananda menemukan jawabannya.
“Allah…” sambil mengacungkan telunjuk bertanda satu.
Berarti ayah telah mengenalkan Sang Maha Penjaga dan ketawakalan kepada Allah.

Bila ayah mengulang-ulang pertanyaan itu dalam sehari, sepekan bahkan sebulan maka ananda akan terformat bahwa yang mengatur segala kejadian dan fitrah anak kepada penciptanya adalah Allah.

Bagaimana bila anak bertanya, “Ayah, Allah itu siapa..?? laki-laki atau perempuan..??”

maka ayah dapat menjawab dengan “bersiasat” pakai kaedah: “tafakkur fikhalqillah..walaa tafakkur fii dzatillah”(pikirkanlah apa-apa yang diciptakan Allah tapi jangan pikirkan dzat Allah).

Artinya, ayah ataupun ibu membatasi perkataannya dengan mengenalkan sifat dan nama Allah saja. Kalaupun ada bertanya demikian, bisa katakan, “Allah itu bukan laki-laki atau perempuan, Dia tidak sama dengan kita karen Allah itu pencipta”.

Saat kata-kata aqidah terus direkam dan diputar ulang, sebenarnya anak sedang menuju fitrah mengenal Allah, menyerahkan diri pada Allah, mencintai Allah dan bergantung pada Allah. Mari kita lihat contoh:

– Saat ananda bermain lalu tidak mengambil mainan yang letaknya tinggi, ucapan yang akan keluar adalah, ” Ya allah tolonglah ya Allah.. aku mau mainan itu..”.

Bila ayah mendengar kata-kata itu dari lisan ananda, barakallahufiik kami ucapkan untuk ayahanda. Berarti lisannya telah terinstall kalimat Allah dan bergantung pada-Nya.

– Saat ananda terpeleset atau terjatuh sedikit, spontan ananda mengucapkan, “Astaghfirullah..” atau “Allahuakbar..” atau “Allah..”
Ini juga lisan anak telah baik dalam berucap refleks.

– Saat ananda bersin, menguap atau aktivitas lain sehari-hari mengucapkan do’a atau kalimat thayyibah, “basamallah”, “hamdallah” dan lainnya maka inipun telah berhasil anak merekam spontan Allah sebagai Rabbnya.

Begitu juga ananda bila sedang dimuaqabah (hukum) lalu mengucapkan kalimat “Allah” atau minta tolong kepada Allah, maka iqab harus dihentikan.

Begitu agung dan tingginya akhlak anak bila telah mengenal Allah, harus kita hargai dan muliakan itu.

Ayah, setelah proses perekaman selesai dan ananda sudah memiliki karakter spontan lisan dan kebiasaan menyebut nama-nama Allah.

Anak telah siap menerima beban syariat dengan mudah Insya Allah, karena ia telah mengenal Tuhannya yang selalu berikan rezeki, kesehatan dan pertolongan.

Maka ia pun akan mencintai-Nya dan mau menjalankan perintah-Nya. Anak akan mudah mengerjakan shalat, mengaji, latihan puasa, belajar sedekah, dan membela Allah bila agamanya dihina. Bahkan dengan senang hati menutup aurat karena ini perintah Penciptanya.

Karena apa bisa demikian?? Kecintaan dan pembelaannya kepada Dzat Yang Memberikan Kebaikan padanya telah muncul dengan sendirinya, sudah mengkarakter dalam dirinya.

Yang kerap terjadi pada orang tua:

1. Ayah atau bundanya tidak mau repot dengan pertanyaan aqidah, disebabkan kadang tidak tau cara menjawabnya. Sebelum masanya ia bertanya kenalkanlah terlebih dahulu.

2. Ayah dan bunda saling melempar bila ditanya ananda, “tanyakanlah pada ibumu”, atau “tanyalah ayah sana..”, memang sebaiknya ayah yang mengenalkan Allah kepada ananda meski tidak mengapa ibunya menjelaskan bila ada momen yang tepat.

3. Ayah bunda menganggap masih terlalu dini mengenalkan Allah kepada ananda, “Nanti saja kalau sudah besar baru diajarkan siapa itu Allah, diajarkan shalat dan lainnya”. Kapan lagi?? lalai sebentar saja anak akan tergilas waktu dan terkontaminasi dengan polusi pergaulan.

Semoga Allah memberikan kekuatan pada ayah untuk menyempatkan membersamai ananda, dalam kesibukannya mencari nafkah ada secuil keindahan setiap hari bersama anak.

Keridhaan orang tua pada anak mampu memutuskan siklus kenakalan dan kerasnya hati anak. Maka hadirkanlah keridhaan itu dan memupuknya dengan fitrah mengenalkan Allah sebagai Rabbnya.

Tahniah kepada ayah yang pagi ini mengantarkan ananda ke sekolah.

wallahualam.

Baca Juga

SF Hariyanto Resmi Jabat Pj Gubernur Riau, Ini Respon Ketua Fraksi PKS DPRD Riau

Pekanbaru – Ketua Fraksi PKS DPRD Riau H. Markarius Anwar, ST, M.Arch mengucapkan selamat kepada …