Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPD PKS Bengkalis
Kartini… berbicara tentang kartini tentulah sebuah topic yang sangat familiar dikalangan masyarakat. Namun sebagai anak bangsa kita jangan pernah bosan membicarakan tentang kartini dan momen hari kartini agar semangat perjuangan dan nilai-nilai yang dibawa oleh kartini tidak luntur dan terlupakan oleh kita terutama generasi muda sebagai pengemban estafet pembangunan bangsa kita ini. Karena apabila kita lengah dan merasa tidak perlu membahasnya maka akan muncul kasus-kasus seperti lupa dengan sila Pancasila atau Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Beberapa catatan yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Kartini adalah;
Pertama, tentang Kartini menyikapi identitas dirinya
Kartini adalah orang yang percaya diri dengan identitas dirinya. Ini terlihat dalam salah suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;
“Mengenai agamaku, Islam,……………….”
Kedua tentang semangat belajar islam yang tak pernah pudar walaupun seolah2 diawalnya jalan untuk mempelajari islam itu tertutup, namun disaat ada satu kesempatan bertemu dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, beliau menunjukkan semangat belajar yang tinggi.
Ketiga Kartini menjadi wanita pelopor dalam membela dan menunjukkan kebenaran risalah tauhid walaupun kepada org no muslim. Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disukai.Lalu dalam suratnya ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah. Untuk itu kita dapat menjadikan momen hari kartini sebagai salah satu pengingat dalam kehidupan kita agar menjadi lebih baik dan lebih bermanfaa,t baik untuk diri kita maupun untuk orang lain. Tidak mencukupkan peringatan hari kartini ini dengan memakai kebaya atau melaksanakan pawai sahaja
Ada beberapa hal yang perlu kita ulas dalam rangka memperingati hari kartini 21 April 2016 ini. Pertama Marilah kita menjadi perempuan yang dalam kesehariannya melekat identitas dan jati dirinya.
“Dialah yg telah menamakan kamu sekalian muslimin dari dulu dan didalam ini supaya rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia maka dirikanlah salat tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dialah Pelindungmu maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Saat ini kebanyakan orang bangga dgn nama dan julukan serta gelar yg disandangnya namun enggan menyandang julukan sebagai muslim. Hingga banyak di antara mereka yg enggan menyatakan dan menampakkan bahwa dirinya muslim. Sebagian lagi malah lebih parah mereka banyak yg bangga mendapat julukan dan sebutan yg negatif dan buruk dan bangga akan keburukan dan kejahatan yg mereka lakukan. Sementara itu yg muslim ada juga yg tidak puas dgn titel muslim saja maka mereka menambahinya dgn embel-embel yg tak jelas. Adalah julukan dan predikat sebagai muslim merupakan penghormatan dan kemuliaan dari Allah Sang Pencipta Alam yg langsung menamakan orang-orang yg beriman dgn julukan tersebut. Lalu apakah yg membuat orang-orang enggan menampakkannya? Mungkin yg paling menonjol adalah timbulnya pandangan di kalangan muslimin bahwa dunia itu segalanya dan orang yg memiliki kedudukan harta di dunia memiliki kemuliaan di atas mereka sehingga menimbulkan rasa rendah diri di hadapan kemewahan dunia. Seharusnya sebagai muslim kita justru harus bahagia dan gembira. Sebab jika kita tidak dapat dunia masih ada akhirat sedangkan orang-orang non muslim walaupun dapat dunia tetapi tidak dapat apa-apa di akhirat.
Kedua, semangat dalam menuntut ilmu harus selalu dikobarkan
Sesungguhnya, dalam menjalani berbagai perannya, peran wanita dapat dipetakan menjadi tiga peran penting yaitu sebagai sebagai pribadi muslimah, sebagai istri, dan sebagai ibu. Pada masing-masing peran, dibutuhkan ilmu yang dapat menjaganya dari berbagai bentuk penyimpangan.
Menuntut ilmu membutuhkan kesabaran dan motivasi yang tinggi. Penuntut ilmu hari ini jauh lebih beruntung dibandingkan dengan berbagai kesulitan yang dihadapi para penuntut ilmu zaman dahulu. Kalau hari ini siswa biasa memakai sepeda motor ke sekolah, atau dijemput oleh orang tua atau juga naik taksi, maka kita membaca dalam sejarah para ulama dulu berjalan kaki berpuluh-puluh kilo meter, untuk pergi ke sebuah sekolah atau untuk menemui seorang guru.
Semangat untuk menuntut ilmu juga merupakan suatu pendorong yang kuat dalam penguasaan ilmu. Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ’anhu berkata: “Sesungguhnya yang disebut orang ‘alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan ilmunya sesuai dengan amalnya. “Kita sebagai seorang muslim harus memiliki cita-cita untuk meraih sesuatu yang bermanfaat. Kita juga tidak boleh berbangga dengan apa yang ada pada kita yang hal itu dapat membuat kita malas menuntut ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita:
“Bersemangatlah untuk mendapatkan yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan menyerah.”
Ketiga, berbuatlah untuk umat
Mari kita perhatikan bagaimana Islam telah mengagungkan beberapa Muslimah pembangun peradaban yang namanya senantiasa abadi sepanjang zaman. Keberadaan mereka telah ada sejak dahulu, jauh sebelum hiruk pikuk kemodernan mengancam umat manusia. Suatu ketika Rasulullah SAW membuat empat garis seraya berkata: “Tahukah kalian apakah ini? ” Para sahabat berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Nabi SAW lalu bersabda: “Sesungguhnya wanita ahli surga yang paling utama adalah Khadijah binti Khuwailid, Fathimah binti Muhammad SAW, Maryam binti Imran, dan Aisyah binti Mazahi” (Mustadrak Ash Shahihain 2:497).
Keempat, wanita agung bukanlah mereka yang larut dalam kemodernan zaman
Mereka adalah ibu dan atau istri tulen. Namun, ketegarannya menetapi profesi mulia yang diberikan Allah SWT itu telah membuat mereka tercatat sebagai wanita-wanita pembangun masyarakat. Dari merekalah cahaya Allah SWT semakin meluas merasuk ke seluruh pelosok negeri.
Berikut adalah beberapa alasan betapa pentingnya partisipasi perempuan dalam bidang Dakwah (terhadap Muslimah yang lain):
• Wanita lebih mampu daripada laki-laki yang dalam berkomunikasi dengan perempuan lain. Wanita biasanya lebih dipengaruhi oleh kata, perbuatan, dan perilaku perempuan lain. Wanita lebih mampu mengenali kekhasan dan masalah yang terkait dengan pendidikan perempuan dan tarbiyah.
• Wanita dapat memahami dengan lebih baik ke arah mana dakwah terhadap perempuan harus diarahkan. Mereka yang terbaik dapat melihat urutan prioritas, karena mereka lebih akrab dengan bidang ini.
• Wanita lebih bebas daripada pria dalam berkomunikasi dengan perempuan lain, baik secara individual untuk kegiatan Dakwah, atau dalam kegiatan belajar, forum lain dan tempat-tempat pertemuan.
• Banyak wanita Muslim yang membutuhkan bimbingan, pendidikan, namun kurangnya kehadiran lembaga yang dapat menyediakan layanan ini, karena itu sangat masuk akal bahwa perempuan yang berkualitas di masyarakat harus ‘menawarkan’ diri sebagai pembimbing bagi saudari seimannya.
• Permasalahan terkait pendidikan dan kebutuhan tarbiyah perempuan yang lebih besar dari laki-laki. Mereka hamil, melahirkan, dan merawat anak-anak. Anak-anak lebih terikat dengan ibu mereka daripada mereka kepada ayah mereka.
• Perempuan memiliki efek besar pada suami mereka. Jika mereka memiliki Iman yang kuat dan karakter, mereka memiliki kesempatan yang sangat baik untuk membantu suami mereka menjadi kuat juga.
• Wanita memiliki banyak karakteristik yang menekankan pentingnya peran Dakwah mereka. Mereka juga harus diperhitungkan setiap kali ada pekerjaan Dakwah direncanakan.
Mari para kartini Indonesia, yang hari ini tidak lagi terkukung oleh budayanya, memiliki kesempatan yang luas untuk belajar dan berkhitman, salurkan segala potensi, perluas kebaikan dan senantiasa menghiasi waktunya dengan hal-hal yang bermanfaat. Jika kita tidak berbuat hari ini maka keleluasaan budaya lain akan menghancurkan generasi kita dan tentunya berimbas kepada bangsa kita.
Kita sudah banyak melihat tanda-tanda itu ada pada diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita. Ayo kartini Indonesia bangkitlah!